Tabrakan galaksi kita dengan galaksi Andromeda terjadi miliaran tahun lagi, tetapi tidak ada salahnya untuk bertanya-tanya apa yang akan terjadi.
Lawrence Krauss
Sungguh luar biasa seberapa sering asal usul segala sesuatu dikaitkan dengan fenomena yang pada akhirnya menyebabkan kehancurannya sebuah fakta yang terbukti terutama ketika kita merenungkan akhir kosmik, dari akhir Bumi hingga akhir alam semesta.
Misalnya, ilmuwan planet semakin menduga bahwa komet (bola debu dan es beku) dan meteorit bermuatan es yang menabrak Bumi purba mungkin menyediakan sebagian besar air planet ini dan mungkin sebagian besar bahan organik yang diperlukan untuk kehidupan.
Molekul organik telah terdeteksi di komet seperti Hale-Bopp, dan, dalam studi terbaru, para peneliti mensimulasikan pendaratan darurat kosmik tersebut dengan menggunakan senapan gas untuk menembakkan proyektil logam dengan kecepatan 16.000 mil per jam ke bongkahan es yang mengandung beberapa bahan kimia yang sama yang membentuk komet.
Gelombang kejut dan panas yang dihasilkan oleh benturan tersebut menciptakan molekul yang membentuk asam amino, bahan penyusun protein.
Namun, objek yang sama yang memberi kehidupan pada planet ini juga dapat menjadi pertanda kehancurannya. Para astronom memperkirakan bahwa sebuah komet atau asteroid yang cukup besar untuk menyebabkan kehancuran global akan menghantam Bumi setiap sekitar 100 juta tahun.
Untungnya, jika komet atau asteroid tersebut tiba lebih cepat dari yang diperkirakan, kita sedang membangun sistem pengamatan untuk menemukan dan melacak objek yang dekat dengan Bumi, yang mungkin memberi kita cukup waktu untuk mencegah bencana.
Namun, tabrakan kosmik lainnya tidak dapat dihindari, tidak peduli seberapa banyak peringatan dini yang kita miliki. Tarikan gravitasi yang tak terelakkan yang memungkinkan terbentuknya Bima Sakti juga telah menempatkan kita pada jalur tabrakan dengan galaksi tetangga kita, Andromeda.